Pages

IP-NA: Selamat!

Irwan Prayitno dan Nasrul Abit memenangkan pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak untuk menjadi Gubernur Sumbar lima tahun ke depan. Pertama-tama saya ingin mengucapkan selamat kepada Prof Dr H Irwan Prayitno Psi MSc Datuak Rajo Bandaro Basa (gubernur) dan Drs H Nasrul Abit MBA (wakil gubernur).

Di tangan Anda berdua “nasib” Sumbar ditentukan: maju, jalan di tempat, atau celaka, mundur! Harapan sebagian besar rakyat Sumbar adalah agar provinsi lebih maju, lebih baik, lebih bermartabat.

Ya, kemenangan IP-NA belum definitif. Namun hasil hitung cepat dari pelbagai lembaga survei, sampai tadi malam, berbicara konkret. Angka-angka kemenangan itu ditayangkan televisi, media sosial, radio, sampai tengah malam, dan disiarkan lengkap media-cetak pagi ini.

Kemenangan IP-NA sesungguhnya sudah bisa ditebak, terutama sejak ada kepastian, cagub-cawagub hanya dua pasang: IP-NA dan Muslim Kasim-Fauzi Bahar (MK-FB). IP-NA bisa tersingkir bila ada cagub-cawagub ketiga. Tapi sudahlah, itu cerita lain, pengandaian.

IP-NA didukung PKS dan Gerindra. Hanya dua partai. Tetapi PKS! (dengan tanda seru), bagaimanapun, sekarang adalah partai yang relatif mengakar di Sumbar. Saya bukan anggota PKS. Saya bukan anggota partai apa pun. Itu pernah saya sampaikan kepada IP.

Saya ingin objektif dan netral, tetapi suara PKS untuk pilkada, termasuk pilpres, signifikan. Dan, Gerindra! (juga dengan tanda seru). Dalam pilpres baru lalu, nyaris 80% rakyat Sumbar memberikan suara kepada Prabowo, biarpun di tingkat nasional kemenangan diraih Joko Widodo. (He, he, he, bersama 20% rakyat Sumbar, saya memilih Jokowi.)

IP adalah petahana, sehingga dia relaif dikenal rakyat Sumbar. Biarpun lakek tangan (hasil kerja) IP selama lima tahun jadi gubernur masih perlu didiskusikan, tetapi tipikal rakyat Sumbar dan Minangkabau yang cederung maliek tuah ka nan manang (menyaksikan tuah kepada yang menang) memungkinkan IP menang pilkada.

Pula, IP terkesan suka berkontemplasi. Saya sekali-dua pernah menulis kritik tajam terhadap kepemimpinan IP. IP tidak menyerang balik, akan tetapi segera mengubah pola kepemimpinan. IP-NA tidak mau menjelek-jelekkan, apalagi melakukan kampanye hitam. IP terkesan memahami psikologi massa. Relatif pelan tetapi pasti, IP mengerti, bahwa di Minangkabau pemimpin didahulukan selangkah, ditinggikan seranting.

Dalam tiga kali pertemuan (dua kali eksklusif), tiga-empat bulan sebelum pilgub, kami (Tim 9, yang menyiapkan Pusat Kebudayaan Minangkabau) berdiskusi relatif menukik-mendalam dengan IP mengenai bagaimana melanjutkan pembangunan Sumbar secara baik, mudah-mudahan secara lebih baik.

Anggota Tim 9 itu adalah Prof Dr Mestika Zed, Dr Shofwan Karim, Yulizal Yunus MA, Hasril Chaniago, EkoYanche Edrie, Alwi Karmena, Ery Mefri, Muhammad Ibrahim Ilyas, dan Darman Moenir.

Satu hal yang kami pesankan adalah semoga IP-NA kembali membangun daerah ini dengan pendekatan kebudayaan. Kebudayaan, bukan dalam makna kesenian! Itulah yang dikerjakan oleh gubernur-gubernur hebat terdahulu: Harun Zain, Azwar Anas, Hasan Basri Durin, Zainal Bakar, Gamawan Fauzi.

Dengan pendekatan kebudayaan, diyakini dari Sumbar dan Minangkabau kembali bisa lahir manusia unggul berkelas nasional dan internasional seperti M Yamin, Tan Malaka, Sjahrir, Agus Salim, Bung Hatta, Hamka, M Natsir.

Kepada IP-NA secara terus-terang kami menyatakan, agar IP-NA tidak menjadi gubernur partai. Bergelanggang mata orang banyak, bahwa IP adalah anak emas PKS. Selama menjadi gubernur lima tahun ke depan, IP kami minta untuk benar-benar menjadi gubernur Provinsi Sumbar.

Dengan beberapa variabel, kami berharap, semoga IP-NA tidak terbelenggu dan dikendalikan oleh beberapa orang yang merasa dekat dan/atau menjadi tim sukses. IP-NA menjadi gubernur dan wakil Sumbar dengan dan melalui amanah rakyat.

Dengan nada “menggurui” (kami sadari), Tim 9 benar-benar mengharap IP-NA jadi gubernur untuk kemaslahatan Sumbar, dan NKRI, secara menyeluruh. Secara pribadi, kami tidak mengharapkan apa-apa dari IP-NA.

Berkelakar, kami sampaikan bahwa kami tidak meminta uang tunai, tidak meminta jabatan (sebut saja Komisaris Semen Padang, Komisaris Bank Nagari), tidak meminta agar sahabat-sahabat kami didudukkan jadi kepala SKPD. Kami hanya meminta, semoga di tangan saudara Irwan Prayitno dan saudara Nasrul Abit, Provinsi Sumbar menjadi lebih maslahat. Selagi lagi, tahniah, saudara IP, dan saudara NA. Bravo Sumbar!

Tulisan: Darman Moenir